Sekilas Pandang tentang Buku Surat-surat Yesus dari Nazaret

Sejenak “pulang” ke beberapa tahun silam, ketika komunikasi antara sanak keluarga  atau sahabat yang jauh masih via surat. Bahagianya bukan main tentu saja. Apalagi, ketika dari surat itu kita mengetahui semuanya baik-baik saja: sehat walafiat dan rahmat Tuhan terus tercurah.

Biasanya, dalam surat-surat informal, seseorang  mengungkapkan pikiran, perasaan, kegundahan, kegelisahan, dan impiannya dalam hidup ini. Juga, usaha-usahanya untuk mewujudkan impian itu; perjuangan-perjuangan menghadapi tantangan-tantangan hidupnya; aspirasi-aspirasi dan bagaimana aspirasi itu dilaksanakan; relasi-relasi sosialnya dan relasi dengan alam dan bagaimana dia mengolah relasi itu  untuk memperkaya cara pandang terhadap aneka realita kehidupan ini.

Begitulah gaya dan gambaran isi dari buku “Surat-surat Yesus dari Nazaret”, sebuah karya saduran oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM dari buku “The Jesus’s Letters” karya  Maria Rosales OFM, seorang fransiskan Filipina. Buku setebal 332 halaman ini diterbitkan oleh Peberbit Rohani OBOR (lih. obormedia.com) pada Maret 2020. Oleh penyadur, buku ini dipersembahkan dalam rangka  enam tahun penggembalaannya sebagai pengganti para rasul (Uskup-red) di Keuskupan Bogor.

Di dalamnya menyajikan 65 surat imaginatif dari Yesus, Guru Kehidupan dari kota kecil Nazaret. Surat-surat itu dialamatkan  untuk banyak orang yang pernah hadir dalam hidup-Nya dan juga yang turut serta dalam mewujudkan misi kehadiran-Nya ke dunia. Untuk disebutkan beberapa, seperti untuk orangtua angkat-Nya (Maria dan Yosep), para murid-Nya, sepupu-sepupu-Nya, sahabat-sahabat perempuan-Nya, musuh-musuh-Nya, orang-orang yang bertobat, orang-orang yang ikut dalam jalan salib dan yang menyalibkan-Nya, dan untukmu semua yang membaca surat-surat itu.

Dalam berpucuk-pucuk surat itu, Yesus mengungkapkan rasa rindu untuk ibu-Nya, kekaguman-Nya kepada orang-orang-Nya yang setia mengikuti-Nya, kekesalan-Nya terhadap murid-murid-Nya, kegeraman-Nya terhadap penguasa Romawi dan elite-elite Yahudi, teguran-teguran terhadap orang-orang yang mengkhianiti-Nya, dan tak lupa pula harapan untukmu pembaca yang budiman yang kini ada dan hidup sini (hic et nunc).

Surat-surat itu digolongkan dalam 4 kelompok berdasarkan tujuan surat-surat itu ditulis. Pertama, kelompok surat-surat untuk  keluarga terdapat pada no. 1-14, termasuk Maria dan Yosep, serta Yohanes, saudara sepupu-Nya. Kedua,  kelompok surat-surat untuk para rasul ditemukan pada no. 15-29. Ketiga, kelompok surat yang ditulis untuk orang-orang lainterdapat pada no. 30-51. Keempat, ada juga kelompok surat dari no. 52- 64 yang ditujukan kepada orang perorangan yang terlibat dalam peristiwa penyaliban, kematian, dan kebangkitan. Surat no. 65 dialamatkan kepada para pembaca yang tentu saja kalau mau membeli buku ini.

Tentu surat-surat itu tidak otentik ditulis Yesus.  Surat-surat itu ditulis didasarkan pada tuturan kisah-kisah Yesus sejak  kecil hingga mengalami kebangkitan  yang ada dalam kitab-kitab Injil, tradisi-tradisi Gereja, dan kesalehan rakyat. Setiap surat diberi pengantar terkait konteks historisnya sehingga pembaca memahami latar peristiwa dan waktunya.

Penyajian-penyajian surat-surat itu dikemas dalam bahasa yang sederhana, luwes, renyah, dan tidak formal; bahasa percakapan keseharian antara seorang anak dan orangtua, antara sahabat, antara seorang adik dan kakak, antara seorang murid dan guru. Selain itu, di dalamnya terdapat cerita-cerita jenaka para murid Yesus yang mengundang gelegar tawa.

Surat- surat dalam buku ini tidak semata-mata suatu karya “fiksi sejarah”, tetapi unsur teologis juga tersirat kuat di dalamnya. Penuh dengan inspirasi, motivasi,  dan peneguhan untuk kehidupan personal, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan sebagai rohaniwan dan religius, dan aneka cara hidup lainnya.

Surat-surat ini boleh digunakan dalam macam-macam cara. Bisa digunakan sebagai bahan doa pribadi, penutup khotbah, refleksi atau mengakhiri suatu “Lectio Divina”. Beberapa surat bisa dipakai pada saat pesta pernikahan atau saat pemakaman. Surat-surat ini bisa juga digunakan dalam pelajaran formasi umat agar berkembang dalam pengenalan dan cinta akan Kristus, Sang Juru Selamat.

Akhirnya, hemat kami, buku ini  merupakan “hidangan yang sangat bergizi” bagi kehidupan spiritual umat Kristiani. Inspirasi-inspirasi dalam buku ini niscaya membantu umat Kristiani, entah sebagai religius/rohaniwan atau sebagai awam, untuk hidup semakin bersukacita dalam Kristus sekaligus hidup penuh optimisme agar menjadi berkat bagi banyak orang.

Rian Safio – Penerbit OBOR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *