“Di Manakah Allah? Beriman di Tengah Pandemi Covid-19” adalah sebuah bunga rampai. Diterbitkan OBOR pada penghujung bulan kemarin: September. Tebalnya XV+232 halaman, dengan ukuran 14×21 cm.
Para penulisnya dari berbagai latar belakang. Baik budaya maupun terutama ilmu pengetahuan yang mereka gumuli. Untuk disebutkan beberapa, antara lain, yaitu: Prof. Dr. Aleks Jemadu, Dr. Max Regus Pr., Prof. Dr. Martosudjito, Dr. Fransiskus Borgias, dll.
Diedit oleh RD Dr. Martin Chen dan RD Stanis Harmansi, buku ini menghidangkan Anda refleksi yang mendalam perihal keberimanan akan Allah di tengah badai yang mahadahsyat: Covid-19.
Juga, ditulis dalam rangka memaknai setahun Mgr. Sipri Hormat menggembalakan umat Keuskupan Ruteng. Yang sejak tahbisan episcopalnya pada Maret tahun lalu ditandai dengan wabah ini. Maka, dalam bunga rampai ini, Uskup Siprianus menulis kata pengantar.
Di mana Allah saat situasi genting ini?Para penulis berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan besar itu dari tiga sudut tilikan. kamagra jelly 100mgAda yang menjawab dari sisi filosofis-sosiologis, ada yang melihatnya dari kacamata biblis-teologis, dan ada pula yang melihatnya dari perspektif pastoral.
Kurang lebih begini. Dalam kelamnya realitas pandemi ini, Allah kita tidak tinggal diam. Ia ada di bangsal para penderita Covid-19. Di rumah mereka yang kehilangan pekerjaan selama setahun lebih ini. Ia bersama mereka yang matanya sembab meratapi kepergian orang-orang tercinta. Dia hadir dan menyertai kita.
Paulo Coelho dalam “Sang Pemenang Berdiri Sendirian” (Gramedia: 2010, hlm. 60) menulis begini: Jangan lari, Nak! Kau takkan bisa melarikan diri dari hal penting dalam kehidupan setiap manusia: Tuhan dan kematian. Tuhan menyertai setiap langkahmu dan akan jadi gusar karena Dia tahu kau tidak memerhatikan mukjizat kehidupan.
Well, itu satu hal. Masih banyak hal lain yang Anda bisa temukan dari buku ini kalau Anda membeli lalu membacanya dengan saksama. Meminjam istilahnya Helmi Yahya, isi buku ini daging semua, Gaes.